Bersyukur sempat mewawancarai beliau tahun 2015 di Hongkong. Sebelum beliau wafat diusia 94 tahun (2022) di Taiwan.
Master Chin Kung selalu tampil bersemangat dengan daya ingat luar biasa. Wajahnya segar, bertubuh tegap dan setiap detik selalu penuh pengabdian kepada ajaran Budha dan nilai-nilai luhur budi pekerti. Baginya, hidup adalah ladang menanam kebajikan dan menumbuhkan karakter.
Master Chin Kung, seorang biksu dan guru spiritual kelahiran Lujiang, Provinsi Anhui, Tiongkok, tahun 1927. Sejak muda, dikenal sebagai pemikir yang menekankan pentingnya moralitas dan karakter dalam pendidikan, melampaui sekedar pencapaian akademik. Baginya karakter adalah fondasi utama membentuk peradaban damai dan perlu di-tunaskan sejak dini.
Master Chin Kung, sosok yang unik dan bahkan dianggap progresif untuk zamannya karena keberaniannya memanfaatkan teknologi. Jauh sebelum era-digital menjadi arus utama, beliau telah menggunakan media film, rekaman video, foto-visual-lukisan-sketsa dan internet untuk menyebar-luaskan ajaran Budha dan nilai-nilai budi pekerti. Bahkan sosial media yang dulu dianggap tabu oleh sebagian kalangan keagamaan telah lebih dulu di-optimalkannya sebagai sarana dakwah spiritual dan pendidikan karakter lintas negara.
Langkahnya dianggap kontroversial. Namun waktu membuktikan karena berhasil menjangkau murid-muridnya di seluruh dunia mulai dari Tiongkok, Australia, Singapura, hingga ke pelosok Indonesia. Tak hanya umat Budha ajaran Master Chin Kung bahkan diterima oleh pemeluk agama lain karena pesannya yang universal.
Tidak heran beliau dianugerahi berbagai penghargaan bahkan gelar kehormatan dari universitas di berbagai negara termasuk sebuah universitas Islam ternama di Indonesia. Ini menjadi bukti nyata bahwa nilai luhur seperti budi pekerti bisa menjadi jembatan perdamaian lintas iman dan budaya.
Kini dunia semakin kompleks dan kompetitif, pastinya kita membutuhkan orang-orang seperti Master Chin Kung yang bisa merangkul semua golongan, memperkuat nilai-nilai luhur dan bijak dalam memanfaatkan teknologi yang berintikan karakter budi pekerti.
Pertanyaannya :
Masih adakah sosok seperti beliau ?
Sudah siapkah kita menjadikan Budi Pekerti sebagai landasan dalam bersikap, bertumbuh dan berkembang dalam kehidupan kita sehari-hari?
Hongkong, Dee, 07052015
Re-write, Dee, 07052025